Adapun kebudayaan masyarakat Lubai dapat ditinjau dapat beberapa aspek sebagai berikut :
Tinjauan aspek kerajinan
Tinjauan aspek kerajinan
Salah satu potensi yang ada di desa Jiwa Baru, yaitu bahan baku kerajinan tikar. Ada beberapa masyarakat yang terbilang kreatif dengan melihat begitu besarnya potensi Sumber Daya Alam yang terdapat di sekitar desa ini yaitu pohon Pandan berduri yang tumbuh subur di danau Jambu Humbai dan pohon Purun yang tumbuh subur di sungai purun orang menyebut batangahi puhun atau aiyah puhun.
Purun
yang dalam bahasa latinya disebut Eleocharis dulcis merupakan gulma
yang tumbuh subur menempati lahan rawa yang masam. Gulma ini menjadi
salah satu tumbuhan indikator bagi lahan rawa sulfat masam. Gulma ini
termasuk jenis rumput dengan daun berbentuk garis dan berongga. Gulma
ini sangat adaptif dengan kondisi tanah masam pH 3-4 sehingga memenuhi
lahan bahkan saluran-saluran yang ditempati air masam (pH 3-4) yang
tampak bening, tetapi dilidah terasa sepat (kelat). Gulma ini menyenangi
kondisi berair daripada kering .
Bahan baku tersebut kemudian diolah secara tradisional oleh pengrajin, mulai dari proses membuang duri-duri yang ada di daun pandan, memotongnya menjadi kecil, mengeringkannya, dan memberikan pewarna pada daun kering tersebut dan mengeringkannya kembali di tempat yang teduh agar warnanya tidak luntur.
Setelah itu proses penganyaman tikar pun dilakukan. tikar yang dibuat terdiri dari dua lapis. Lapisan atas tikar berwarna-warni dengan corak yang menarik. Sedangkan lapisan bawah tikar berwarna putih gading dengan corak sederhana bergaris merah. Kedua lapisan tersebut nantinya akan digabungkan menjadi sebuah tikar yang nyaman dan cantik.
Nnamun sangat disayangkan seiring dengan kemajuan teknologi, tikar dapat dibuat dari bahan plastik. Kerajinan tikat pandan ataupun purun sudah langka, di desa Jiwa Baru. Sungguh sangat disayangkan, aktivitas kerajinan tikar sudah tidak dilaksanakan lagi. Bahan baku berupa pandan dan purun hanya menjadi gulma yang tidak mempunyai nilai ekonomi.
Nnamun sangat disayangkan seiring dengan kemajuan teknologi, tikar dapat dibuat dari bahan plastik. Kerajinan tikat pandan ataupun purun sudah langka, di desa Jiwa Baru. Sungguh sangat disayangkan, aktivitas kerajinan tikar sudah tidak dilaksanakan lagi. Bahan baku berupa pandan dan purun hanya menjadi gulma yang tidak mempunyai nilai ekonomi.
Demikian, semoga bermanfaat bagi para pembaca dan terima kasih atas kunjungan keblog kami.
Salam hangat dari kami diperantauan...
Amrullah Ibrahim, S.Kom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar