Halaman

Kamis, 10 September 2015

Negakan bangsal

Adat pernikahan di daerah aliran sungai Lubai adalah adat perkawinan/pernikahan Lubai karena sebagian besar penduduk yang berdiam di daerah ini adalah suku asli Lubai. Proses pernikahan adat suku Lubai atau jeme Lubai ada beberapa tahap yang harus dilaksanakan antara lain : Negakan bangsal


Pengertian negakan bangsal

Negakan bangsal merupakan salah satu tahap tradisi pernikahan adat suku Lubai. Negakan bangsal mempunyai arti mendirikan tenda pesta pengantin.
Sebelum datangnya hari perkawinan atau akad nikah perlu dilakukan acara gotong-royong atau dalam bahasa Lubai disebut begawi rami-rami. Begawi rami-rami negakan bangsal, sohibul hajat menyediakan berbagai macam kue atau juadah untuk mereka yang bergotong-royong. Kegiatan gotong-royong biasanya dilakukan dari pagi hari sampai dengan sore hari.

Waktu dan tempat pelaksanaan

Waktu pelaksanaan negakan bangsal biasa 1 minggu sebelum acara pesta pengantin dimulai. Tempat pelaksanaan negakan bangsal pada pekarangan tanah kosong didesa Jiwa Baru.

Bahan negakan bangsal


Bahan-bahan bangsal pengantin terdiri dari kayu bulat, anyaman daun serdang dan tali akar sehikan. Sanak keluarga dan kaum kerabat akan bergotong royong membawa kayu bulat dan anyaman daun serdang dari rumah-rumah masing-masing. Tradisi ini telah  dilaksanakan sejak masa nenek moyang desa Jiwa Baru secara turun temurun.

Tiang : terbuat dari kayu bulat dengan diameter  10-15 cm. Jenis kayu yang banyak digunakan adalah kayu Manggis  (Garcinia sp) dan kayu Pelawan. 

Kasau : terbuat dari kayu bulat dengan diameter  10-15 cm. Jenis kayu yang banyak digunakan adalah  kayu Pelepang.

Atap : atap bangsal pengantin biasanya terbuat dari anyaman daun serdang yang dianyam, menggunalkan bilah bambu sebagai tulangnya dan dijahit menggunakan rotan yang dibelah. Atap biasa juga terbuat dari daun rotan batang (Calamus zollingerii) yang dianyam, disusun 3 dan diikat dengan rotan.

Dekorasi :  agar bangsal pengantin terlihat indah, maka dibuat dekorasi dari daun kelapa dan daun pohon beringin. Setiap tiang dihiasi dengan daun pohon beringin. Antara tiang ke tiang dipasangkan daun kelapa yang telah dijalin rapi.
 

Demikian tulisan tentang negakan bangsal, semoga bermanfaat bagi pembaca dan terima kasih atas kunjungan keblog kami.

Salam hangat dari kami diperantauan...
Amrullah Ibrahim, S.Kom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar